Sedikit berbagi tips jitu menjadi “Most Wanted” jobseeker. Era talent war, menjadikan ajang bagi pemberi kerja saat ini melakukan Employer Branding. Mulai dari design ruangan yang menyenangkan dengan beragam fasilitas yang terkesan memanjakan karyawannya. Menyelenggarakan berbagai program, employee activity yang semuanya menyenangkan.
Yang paling happening dengan menyediakan “panggung” internal bagi karyawannya, untuk tampil yang ujung-ujungnya untuk menampakkan para pekerjanya adalah happy people.
Namun ada satu hal tidak diketahui oleh kebanyakan pencari kerja adalah semua yang di “branding-kan” tersebut bukanlah semata-mata untuk membahagiakan karyawannya. Tetapi untuk menarik “happy talent” diluaran untuk melamar.
Masalahnya, apakah semua orang yang ingin bahagia akan dengan mudah bisa masuk? Jawabnya adalah tentu saja TIDAK!
Lho.. kenapa bisa begitu?. Karena para recruiter lebih tertarik kepada kandidat yang aslinya sudah bahagia dengan hidupnya. Dibanding pada pelamar yang ingin bahagia/berharap bisa ikut bahagia jika bergabung.
Membuat karyawan bahagia itu adalah hal yang paling sulit untuk diprogramkan. Karena itu strategi yang dipilih digunakan pemberi kerja adalah menemukan “Cultural Fit Candidate” lebih essensial dibanding dengan kandidat yang hanya fit dengan kualifikasi. Dengan begitu kultur Happy People lebih natural terwujud.
Bahasa sederhananya, lebih mungkin dan lebih strategis untuk menarik orang-orang yang dasarnya bahagia untuk melamar. Baru kemudian diseleksi berdasarkan tambahan kriteria lainnya, lalu dikembangkan/ disesuaikan kemampuan teknisnya untuk melaksanakan pekerjaan. Karenanya saat ini mulai ramai perusahaan mendirikan Company Academy sendiri.
Nah balik lagi, Bahagia bisa dibagi dalam dua jenis, pertama orang yang bahagianya dari dalam dirinya. Dan satunya lagi adalah orang yang bahagianya bersumber dari luar.
Case yang banyak terjadi pada jobseeker
Jenis jobseeker yang pertama ini adalah orang yang paling dicari para Recruiter / Hiring Manager untuk dipekerjakan. Karena orang yang bahagianya dari dalam cenderung berpikir positif, dan akan tetap semangat disaat ditimpa kesulitan (baik dalam pekerjaan atau kehidupan). Sehingga produktifitas sangat baik. Sedangkan orang yang bahagianya adalah hasil/reaksi atas stimulasi, membuat tingkat kestabilan motivasi, daya tahan atas tekanannya rendah, dan juga produktifitasnya karena perlu stimulasi terus-menerus.
Ada orang yang selalu mengeluhkan gaji lalu bluffing dengan surat resign (tujuannya agar ditahan dan naik gaji). Nah orang yang seperti ini biasanya hanya bahagia beberapa bulan awal setelah ditahan dan dinaikkan gajinya. Namun kembali mengeluhkan hal yang sama dan akhirnya resign juga.
Jadi, buat Job Seeker yang mau diterima bekerja diperusahaan impian, lakukan self audit positioning diri sendiri dengan googling nama, alamat email dan atau No Hp, untuk mengenali diri sendiri dari sudut pandang orang lain (mungkin juga itu point of view-nya gimana recruiter melihat Anda).
Recruiter Jaman sekarang lebih dulu KEPO-in kandidat dari citra onlinenya, baru menentukan layak atau tidak untuk diundang interview.
Mendapatkan pekerjaan sekarang tidak cuma soal Ijazah, IPK, atau pengalaman saja. Tetapi gimana menjadi yang pribadi yang “laku” dimanapun, pribadi percaya diri dan bisa dipercaya, pribadi yang mengenali potensi yang dipunya dan mau belajar, pribadi yang membawa aura positif dalam berjejaring dan berinteraksi, mengetaui mana yang berdampak dan mana yang sia-sia.
sumber : disarikan dari artikel Roh Budianto