Menentukan ukuran fuse dan kabel pada instalasi tambahan. Kita sering menemukan permasalahan untuk menambah instalasi baru pada sebuah sistem kelistrikan, kemudian pertanyaan yang muncul adalah berapa ukuran yang harus dipasang dan ukuran kabel yang harus digunakan?
Di artikel ini penulis akan mencoba untuk berbagi bagaimana cara menentukan ukuran fuse dan ukuran kabel yang digunakan apabila akan menambah beban baru pada unit.
Ukuran Fuse
Sebelum menentukan ukuran fuse, pertama yang harus diketahui adalah
ukuran daya (Watt) dari beban yang akan dipasang. Jika sudah diketahui daya yang akan dipasang kemudian dilanjutkan dengan mencari arus yang akan diserap oleh beban menggunakan metode Triangle.
Metode Power Triangle menunjukkan bagaimana hubungan antara power (W), voltage (U), dan current Caranya adalah dengan menutupi unit yang akan dicari menggunakan jari.
Agar fuse yang digunakan dapat awet, maka ukuran fuse (rated current) harus
dua kali dari arus yang akan melewatinya pada saat operasi normal. Titik putus (Breakpoint) suatu fuse akan terjadi apabila arus yang melewatinya 35% lebih besar dari pada rated current. Breakpoint inilah yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan ukuran kabel yang akan digunakan.
Fuse breakpoint (Ampere) = 1,35 x rated current (Ampere)
Contoh: Beban yang akan dipasang pada suatu unit adalah 260 W, maka:
1. Beban yang digunakan 260 W, maka arus yang akan diserap adalah: 260W/24 V = 10,8 A
2. Ukuran dari fuse adalah (rated current) = 10,8 A x 2 = 21,6 A
3. Maka ukuran fuse adalah 25 A (ukuran fuse diambil satu tingkat diatas rated current)
Ukuran kabel
Ukuran kabel yang digunakan dalam perhitungan ini adalah ukuran sectional Area dari suatu kabel. Sectional Area adalah luasan dari konduktor yang ada pada kabel apabila kabel dipotong dan dilihat dari depan yang mempunyai satuan milimeter persegi (mm2).
Menentukan ukuran sectional area dari kabel ditentukan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Fuse breakpoint,
2. Panjang kabel dalam satuan meter (mulai dari sumber tegangan hingga bertemu dengan earthing point),
3. Drop tegangan yang diijinkan,
4. Panas yang timbul pada kabel
Pada penentuan ukuran sectional area ini digunakan Nomogram 24 V dengan
memperhatikan ukuran fuse (skala sebelah kiri) dan panjang kabel dalam meter (skala sebelah kanan).
Ukuran sectional area pada suatu kabel akan ditemukan secara pas dengan
mengambil nilai dari skala dengan memperhatikan kepada 5% drop tegangan
pada kabel (2,5% drop tegangan pada sirkuit alternator) atau panas yang timbul pada kabel (oC). Pilih ukuran sectional area yang paling besar diantara keduanya.
Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Hitung ukuran dari fuse (A)
2. Ukur panjang kabel yang digunakan (m)
3. Masukkan ukuran pada nomogram, tarik garis dan baca hasilnya.
Contoh: Beban yang akan dipasang sebesar 260 W dan panjang kabel adalah 4
meter. Dari perhitungan sebelumnya didapatkan ukuran fuse adalah 25 A, maka:
1. Ukuran fuse: 25 A x 1,35 = 33,75 A
2. Panjang kabel: 4 m
3. Gambarlah sebuah garis pada titik 34 A di skala sebelah kiri kearah kanan menuju skala sebelah kanan pada titik 4 m. Garis ini akan memotong skala oC dan mm2. Untuk skala oC, ukuran sectional area yang dibutuhkan adalah 2,5 mm2. Untuk skala mm2, ukuran sectional area yang dibutuhkan adalah 4,0 mm2. (Lihat tanda panah). Diantara dua pilihan tersebut, pilihlah yang paling
besar ukuran sectional area-nya.
Kesimpulannya adalah untuk beban yang dipasang dengan daya 260 W, tegangan sebesar 24 V, fuse yang dipasang adalah 25 A dan kabel yang digunakan untuk jarak 4 m adalah kabel yang mempunyai ukuran sectional area sebesar 4,0 mm2.